Testimoni Berhitung Seperti Menulis An- Nahl Balikpapan
Selasa, 23 Mei 2017
Mengajar penjumlahan 9
Cerita saat mengajar
Mempelajari metode jari dari kelas 2 sd sampai kelas 6, (kelas 9) belajar matematika dengan saya, ditanya 9 + 7 tidak bisa langsung jawab.
Tidak akan mencapai kemampuan abstrak selama masih berhitung jari
Terpaksa saya cut dulu pembelajaran matematika. Coba nak lupakan sejenak ilmu berhitung jari kamu coba perhatikan dan dengarkan saya.
8 - 1 berapa ?
7 dia jawab
7 - 1 berapa ?
6 dia jawab
4 - 1 berapa ?
3 dia jawab
9 + 7 berapa ?
Tidak menjawab
7 - 1 berapa
6 dijawab
9 + 7 = 16
Kuncinya setiap penjumlahan 9 berarti kurang 1 pada angka yang ditambahkan
9 + 8, dalam otak kamu 8 - 1, 7, jawab 17
9 + 4 berapa
3, 13 dia jawab
9 + 6 berapa ?
5, 15
Alhamdulillah anak tersebut tidak lagi berhitung jari.
Catatan
Anak tidak menemukan konsep dalam berhitung.
Mempelajari metode jari dari kelas 2 sd sampai kelas 6, (kelas 9) belajar matematika dengan saya, ditanya 9 + 7 tidak bisa langsung jawab.
Tidak akan mencapai kemampuan abstrak selama masih berhitung jari
Terpaksa saya cut dulu pembelajaran matematika. Coba nak lupakan sejenak ilmu berhitung jari kamu coba perhatikan dan dengarkan saya.
8 - 1 berapa ?
7 dia jawab
7 - 1 berapa ?
6 dia jawab
4 - 1 berapa ?
3 dia jawab
9 + 7 berapa ?
Tidak menjawab
7 - 1 berapa
6 dijawab
9 + 7 = 16
Kuncinya setiap penjumlahan 9 berarti kurang 1 pada angka yang ditambahkan
9 + 8, dalam otak kamu 8 - 1, 7, jawab 17
9 + 4 berapa
3, 13 dia jawab
9 + 6 berapa ?
5, 15
Alhamdulillah anak tersebut tidak lagi berhitung jari.
Catatan
Anak tidak menemukan konsep dalam berhitung.
Masih mau berhitung pake jari
Cara berhitung yang tidak tepat dan hanya sebatas persepsi tanpa panduan.
Belajar berhitung dasar itu tidak perlu lama.
Berikan konsep yang benar
Hitung maju dan hitung mundur adalah MAL PRAKTEK dalam pengajaran Berhitung di sekolah
https://www.facebook.com/supriyadisupray171/posts/1419783771401675
Cara berhitung yang tidak tepat dan hanya sebatas persepsi tanpa panduan.
Belajar berhitung dasar itu tidak perlu lama.
Berikan konsep yang benar
Hitung maju dan hitung mundur adalah MAL PRAKTEK dalam pengajaran Berhitung di sekolah
https://www.facebook.com/supriyadisupray171/posts/1419783771401675
Dampak mengajarkan hitung maju dan hitung mundur disekolah dasar
Paham dampak mengajarkan hitung maju dan hitung mundur
Kapan mengajarkan secara abstrak
Ini sudah kelas 3 SD masih mau menunggu. tunggu LULUS
Bukan pada kapasitasnya anak sekolah dasar di minta menemukan konsepnya sendiri dalam berhitung.
Sekolah Dasar harus tahu kemampuan apa yang harus dicapai dalam pembelajaran berhitung
Tahu yang akan jadi bakal bekal hidupnya kelak
Berhitung itu life skill.
Video bisa lihat di link facebook dibawah ini
https://www.facebook.com/supriyadisupray171/posts/1419783901401662
Kapan mengajarkan secara abstrak
Ini sudah kelas 3 SD masih mau menunggu. tunggu LULUS
Bukan pada kapasitasnya anak sekolah dasar di minta menemukan konsepnya sendiri dalam berhitung.
Sekolah Dasar harus tahu kemampuan apa yang harus dicapai dalam pembelajaran berhitung
Tahu yang akan jadi bakal bekal hidupnya kelak
Berhitung itu life skill.
Video bisa lihat di link facebook dibawah ini
https://www.facebook.com/supriyadisupray171/posts/1419783901401662
Kesalahan Pengajaran berhitung di sekolah Dasar
Kesalahan Pengajaran berhitung di sekolah Dasar
Seorang anak berusia 5 - 6 tahun ketika ditanya 1 + 1 itu berapa atau 2 + 1 hasilnya berapa ?
Umumnya Meraka akan langsung menjawab 2 untuk 1 + 1 dan 3 untuk 2 + 1.
Seorang anak berusia 5 - 6 tahun ketika ditanya 1 + 1 itu berapa atau 2 + 1 hasilnya berapa ?
Umumnya Meraka akan langsung menjawab 2 untuk 1 + 1 dan 3 untuk 2 + 1.
Tapi mengapa anak usia 10 tahun saat di tanya 9 + 7 atau 8 + 6, tidak mampu menjawab langsung pertanyaan tersebut.
Waktu 4 hingga 5 tahun adalah waktu yang tidak sebentar, jika hanya mengajarkan penjumlahan dasar satu digit angka + satu digit angka.
Anak memiliki kemampuan memory untuk mengingat penjumlahan 1 + 1 dan 2 + 1 tapi mengapa sebagian besar anak tidak mampu mengingat 9 + 7 atau 8 + 6.
Apakah ada proses yang sulit sehingga anak tidak mampu menjawabnya ?
Apakah waktu 4 sampai 5 tahun masih kurang untuk mengajarkan penjumlahan tersebut ?
Apakah ada kesalahan dalam proses penyampaian dalam pengajarannya ?
Apakah metode pengajaran yang digunakan tidak tepat ?
Kemampuan anak dalam berhitung dasar sangat ditunjang oleh kemampuan mengingat hasil dari penjumlahan dasar dalam menjumlah maupun pengurangan hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Medical university Los Angeles di tahun 2013 dimana kemampuan matematika dan berhitung sangat erat hubungannya dengan bagian otak yang bernama hippocampus, yaitu bagian otak yang berfungsi merubah memori jangka pendek menjadi jangka panjang.
Berdasarkan penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk meningkatkan kemampuan anak dalam berhitung harus dilatih memori peserta didik untuk dapat mengingat hasil dari perhitungan dasar mencakup Penjumlahan maupun pengurangan.
Untuk itu perlu kita meninjau kembali bagaimana proses berhitung selama ini di sekolah dasar?
Saat ini dalam penjumlahan maupun pengurangan dikenal istilah Hitung maju untuk Penjumlahan dan hitung mundur untuk pengurangan
Untuk menjawab 9 + 7, maka 9 di mulut 7 di jari lalu hitung maju 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16. Bilangan 16 adalah hasil dari penjumlahan tersebut.
Dan untuk menjawab 12 - 9, maka 12 di mulut 9 di jari lalu hitung mundur, 11, 10, 9, 8, 7, 6, 5, 4, 3, bilangan 3 adalah hasil dari pengurangan tersebut
Cara berhitung tersebut jika ditinjau kembali bukan sebagai bentuk untuk melatih ingatan anak dalam proses berhitung dasar tapi lebih cenderung sebagai bentuk keterampilan berhitung menggunakan jari, anak akan mampu mendapatkan hasil dari perhitungan dengan membuktikan secara konkret melalui jari.
Pembuktian secara konkret bukanlah sebagai cara yang tepat agar anak mencapai tingkat memori dalam berhitung atau di sebut kemampuan abstrak. Anak umumnya tidak akan memiliki keyakinan akan hasil perhitungan tersebut sebelum membuktikan secara langsung dengan berhitung secara konkret.
Bisa dikatakan hal tersebutlah yang menyebabkan anak membutuhkan waktu yang lama dalam berhitung dasar.
Sudah sepantasnya sebagai guru untuk merubah cara dalam mengajarkan berhitung. Karena dengan menggunakan Hitung maju dan hitung mundur akan berdampak kurangnya kemampuan dan teknik mengingat dalam berhitung.
Beberapa metode coba di hadirkan sebagai solusi tersebut. Kita mengenal beberapa bentuk metode pengajaran berhitung menggunakan jari dengan mengajarkan simbol jari tangan dalam Berhitungnya. Sayangnya metode tersebut memiliki simbol yang berbeda kesepakatannya dalam hal menentukan jumlah. Lima jari berdiri bukan berarti 5 bisa jadi itu 9. Perbedaan konsep antara orang tua pada akhirnya akan membuat gap antara anak dan orangtua bahkan guru di sekolah karena memiliki konsep yang berbeda.
Orang tua tidak bisa terlibat kembali di dalam proses pembelajaran berhitung.
Sayangnya beberapa orangtua tidak menyadari hal tersebut
Jika kita kembalikan apakah metode itu tepat atau tidak dalam mengajarkan berhitung. Selama anak masih menghitung dengan cara konkret tentunya kemampuan abstrak tidak akan pernah tercapai. Anak masih memerlukan pembuktian terus menerus dan parahnya simbol dalam berhitung yang tidak universal akan memperlama anak mencapai kemampuan abstrak. Anak akan belajar suatu simbol yang tidak universal untuk di ubah kembali kedalam simbol berupa angka.
Sebagai solusinya tentunya di perlukan suatu cara yang dapat melatih kemampuan berhitung yang dapat melatih kemampuannya dalam mengingat.
Waktu 4 hingga 5 tahun adalah waktu yang tidak sebentar, jika hanya mengajarkan penjumlahan dasar satu digit angka + satu digit angka.
Anak memiliki kemampuan memory untuk mengingat penjumlahan 1 + 1 dan 2 + 1 tapi mengapa sebagian besar anak tidak mampu mengingat 9 + 7 atau 8 + 6.
Apakah ada proses yang sulit sehingga anak tidak mampu menjawabnya ?
Apakah waktu 4 sampai 5 tahun masih kurang untuk mengajarkan penjumlahan tersebut ?
Apakah ada kesalahan dalam proses penyampaian dalam pengajarannya ?
Apakah metode pengajaran yang digunakan tidak tepat ?
Kemampuan anak dalam berhitung dasar sangat ditunjang oleh kemampuan mengingat hasil dari penjumlahan dasar dalam menjumlah maupun pengurangan hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Medical university Los Angeles di tahun 2013 dimana kemampuan matematika dan berhitung sangat erat hubungannya dengan bagian otak yang bernama hippocampus, yaitu bagian otak yang berfungsi merubah memori jangka pendek menjadi jangka panjang.
Berdasarkan penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk meningkatkan kemampuan anak dalam berhitung harus dilatih memori peserta didik untuk dapat mengingat hasil dari perhitungan dasar mencakup Penjumlahan maupun pengurangan.
Untuk itu perlu kita meninjau kembali bagaimana proses berhitung selama ini di sekolah dasar?
Saat ini dalam penjumlahan maupun pengurangan dikenal istilah Hitung maju untuk Penjumlahan dan hitung mundur untuk pengurangan
Untuk menjawab 9 + 7, maka 9 di mulut 7 di jari lalu hitung maju 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16. Bilangan 16 adalah hasil dari penjumlahan tersebut.
Dan untuk menjawab 12 - 9, maka 12 di mulut 9 di jari lalu hitung mundur, 11, 10, 9, 8, 7, 6, 5, 4, 3, bilangan 3 adalah hasil dari pengurangan tersebut
Cara berhitung tersebut jika ditinjau kembali bukan sebagai bentuk untuk melatih ingatan anak dalam proses berhitung dasar tapi lebih cenderung sebagai bentuk keterampilan berhitung menggunakan jari, anak akan mampu mendapatkan hasil dari perhitungan dengan membuktikan secara konkret melalui jari.
Pembuktian secara konkret bukanlah sebagai cara yang tepat agar anak mencapai tingkat memori dalam berhitung atau di sebut kemampuan abstrak. Anak umumnya tidak akan memiliki keyakinan akan hasil perhitungan tersebut sebelum membuktikan secara langsung dengan berhitung secara konkret.
Bisa dikatakan hal tersebutlah yang menyebabkan anak membutuhkan waktu yang lama dalam berhitung dasar.
Sudah sepantasnya sebagai guru untuk merubah cara dalam mengajarkan berhitung. Karena dengan menggunakan Hitung maju dan hitung mundur akan berdampak kurangnya kemampuan dan teknik mengingat dalam berhitung.
Beberapa metode coba di hadirkan sebagai solusi tersebut. Kita mengenal beberapa bentuk metode pengajaran berhitung menggunakan jari dengan mengajarkan simbol jari tangan dalam Berhitungnya. Sayangnya metode tersebut memiliki simbol yang berbeda kesepakatannya dalam hal menentukan jumlah. Lima jari berdiri bukan berarti 5 bisa jadi itu 9. Perbedaan konsep antara orang tua pada akhirnya akan membuat gap antara anak dan orangtua bahkan guru di sekolah karena memiliki konsep yang berbeda.
Orang tua tidak bisa terlibat kembali di dalam proses pembelajaran berhitung.
Sayangnya beberapa orangtua tidak menyadari hal tersebut
Jika kita kembalikan apakah metode itu tepat atau tidak dalam mengajarkan berhitung. Selama anak masih menghitung dengan cara konkret tentunya kemampuan abstrak tidak akan pernah tercapai. Anak masih memerlukan pembuktian terus menerus dan parahnya simbol dalam berhitung yang tidak universal akan memperlama anak mencapai kemampuan abstrak. Anak akan belajar suatu simbol yang tidak universal untuk di ubah kembali kedalam simbol berupa angka.
Sebagai solusinya tentunya di perlukan suatu cara yang dapat melatih kemampuan berhitung yang dapat melatih kemampuannya dalam mengingat.
Hitung maju dan hitung maju sebagai sebuah MAL PRAKTEK
Hitung maju dan hitung maju sebagai sebuah MAL PRAKTEK dalam proses pembelajaran berhitung di Sekolah Dasar
Mengapa di sebut sebagai sebuah MAL PRAKTEK ?
Jika cara tersebut adalah ilmu dalam proses pengajaran penjumlahan maka akan memiliki pedoman pembelajaran terumata buku panduan baik untuk guru maupun siswa.
Coba cek kembali di buku siswa adakah yang mengajarkan dengan cara tersebut.
Jika mau dibandingkan dengan pelajaran lain baik guru maupun siswa memiliki kesatuan akan pelajaran dan materi yang akan di ajarkan. Sebagai contoh tentang alat pernapasan makhluk hidup maka akan didapatkan kesamaan antara buku pegangan siswa maupun guru.
Masa sekolah dasar adalah masa peralihan berhitung dari konkret menuju abstrak. Proses berhitung secara konkret hanya sebagai pembuktian hasil dalam berhitung yang bertujuan memberi keyakinan bukan sebagai cara dalam berhitung
Permasalahan yang terjadi saat ini adalah guru tidak mengajarkan anak berhitung secara abstrak tidak di kelas 1 2 3 . Sehingga anak tidak menemukan konsep saat berhitung. Terjadi pembiaran dalam proses belajar anak. Anak diharapkan menemukan konsepnya sendiri hanya dengan tugas dan latihan berhitung.
Kemampuan anak dalam berhitung sangat tergantung akan sejauh mana anak mencapai tingkat memory dalam berhitung dasar. Untuk itu perlu dilatih daya ingat mereka saat berhitung menggunakan logika sederhana. Bukan di latih keterampilan jari atau memindahkan manik-manik.
Ada hubungan yang sangat erat antara kemampuan berhitung dan matematika dengan hippocampus, yaitu bagian otak yang berfungsi merubah memori jangka pendek menjadi jangka panjang. Hasil penelitian medical university Los Angeles tahun 2013
Untuk itu dapat dikatakan HItung Maju, Hitung Mundur hanyalah sebuah persepsi dan bukan cara yang tepat di dalam mengajarkan berhitung di sekolah dasar. Sangat bertolak belakang dengan tujuan kemampuan yang seharusnya di capai dalam pembelajaran berhitung.
Sayangnya ini sudah menjadi budaya dalam pengajaran.
Keluh kesah sepulang mengajar
Mengapa di sebut sebagai sebuah MAL PRAKTEK ?
Jika cara tersebut adalah ilmu dalam proses pengajaran penjumlahan maka akan memiliki pedoman pembelajaran terumata buku panduan baik untuk guru maupun siswa.
Coba cek kembali di buku siswa adakah yang mengajarkan dengan cara tersebut.
Jika mau dibandingkan dengan pelajaran lain baik guru maupun siswa memiliki kesatuan akan pelajaran dan materi yang akan di ajarkan. Sebagai contoh tentang alat pernapasan makhluk hidup maka akan didapatkan kesamaan antara buku pegangan siswa maupun guru.
Masa sekolah dasar adalah masa peralihan berhitung dari konkret menuju abstrak. Proses berhitung secara konkret hanya sebagai pembuktian hasil dalam berhitung yang bertujuan memberi keyakinan bukan sebagai cara dalam berhitung
Permasalahan yang terjadi saat ini adalah guru tidak mengajarkan anak berhitung secara abstrak tidak di kelas 1 2 3 . Sehingga anak tidak menemukan konsep saat berhitung. Terjadi pembiaran dalam proses belajar anak. Anak diharapkan menemukan konsepnya sendiri hanya dengan tugas dan latihan berhitung.
Kemampuan anak dalam berhitung sangat tergantung akan sejauh mana anak mencapai tingkat memory dalam berhitung dasar. Untuk itu perlu dilatih daya ingat mereka saat berhitung menggunakan logika sederhana. Bukan di latih keterampilan jari atau memindahkan manik-manik.
Ada hubungan yang sangat erat antara kemampuan berhitung dan matematika dengan hippocampus, yaitu bagian otak yang berfungsi merubah memori jangka pendek menjadi jangka panjang. Hasil penelitian medical university Los Angeles tahun 2013
Untuk itu dapat dikatakan HItung Maju, Hitung Mundur hanyalah sebuah persepsi dan bukan cara yang tepat di dalam mengajarkan berhitung di sekolah dasar. Sangat bertolak belakang dengan tujuan kemampuan yang seharusnya di capai dalam pembelajaran berhitung.
Sayangnya ini sudah menjadi budaya dalam pengajaran.
Keluh kesah sepulang mengajar
Membuat mudah dalam mengingat perkalian
Membuat mudah dalam mengingat perkalian
Mulai dengan memahami konsep pasangan bilangan
Mulai dengan memahami konsep pasangan bilangan
Perkalian 1
Perkalian 10
Perkalian 9
Perkalian 2
Sebelum mengajarkan perkalian 8 siswa harus sudah menguasai perkalian 2
Perkalian 8
Perkalian 3
Perkalian 7
Perkalian 5
Perkalian 4
Perkalian 6
Langganan:
Postingan (Atom)