Untuk melatih kecakapan berhitung, pemahaman akan arti bilangan sangat diperlukan,Bilangan merupakan abstraksi yang diterapkan dalam situasi nyata maupun situasi imajinasi secara luas. Misalnya : lima anak, lima permen, lima tahun, lima meter, lima pilihan.
Karena bilangan adalah hal yang abstrak, maka untuk mengkomunikasikannya, kita membutuhkan representasi – sesuatu yang berbentuk fisik, dapat dikatakan, atau ditulis.
Pada awalnya objek-objek yang digunakan dapat dilihat, misalnya manik, jari, tangga dan sebagainya. Anak tidak hanya harus mampu mengamati objek, tapi juga harus bisa membayangkan objek tersebut sebagai satuan yang akan dibilang. Selanjutnya, anak menjadi mampu membilang sekelompok benda dan juga objek yang tidak secara nyata mereka lihat.
Membilang tanpa hadirnya objek adalah titik kulminasi dari proses perkembangan selanjutnya yang lebih kompleks.
sb : http://berbagiilmupsikologi.weebly.com/…/perkembangan-kemam…
Adanya proses dari membilang dari sesuatu bentuk yang konkret menjadi sesuatu abstrak. Angka adalah bentuk abstrak yang dapat dilihat dan diajarkan di dalam mengasah kemampuan membilang
Ketika pemahaman tentang angka sebagai penganti jumlah sudah dipahami sebagai bentuk abstrak dalam membilang, mengapa masih mengjarkan simbol lain dalam berhitung.
Bukan hanya sebatas pada penggunaan jari, sempoa, yang berkelanjutan dalam berhitung. Yang perlu kita ajarkan adalah simbol universal yang telah disepakati dalam berhitung dan matematika bukan simbol lainnya. Sampai saat ini banyak simbol yang diajarkan kepada perseta didik dalam berhitung, bahkan semua orang dapat membuat simbol dalam mengajarkan berhitung.
Tapi menggunakan simbol selain angka sebagai alat bantu berhitung permulaan (Usia dini) memiliki batasan.
Gunakan simbol sebatas anak belum mengenal Angka
atau akan menjadi sebuah teka-teki bagi mereka.
Jawabannya 83
BalasHapus87
BalasHapus88 jawabnya
BalasHapus