Selasa, 23 Mei 2017

Kesalahan Pengajaran berhitung di sekolah Dasar

Kesalahan Pengajaran berhitung di sekolah Dasar

Seorang anak berusia 5 - 6 tahun ketika ditanya 1 + 1 itu berapa atau 2 + 1 hasilnya berapa ?
Umumnya Meraka akan langsung menjawab 2 untuk 1 + 1 dan 3 untuk 2 + 1.
Tapi mengapa anak usia 10 tahun saat di tanya 9 + 7 atau 8 + 6, tidak mampu menjawab langsung pertanyaan tersebut.

Waktu 4 hingga 5 tahun adalah waktu yang tidak sebentar, jika hanya mengajarkan penjumlahan dasar satu digit angka + satu digit angka.

Anak memiliki kemampuan memory untuk mengingat penjumlahan 1 + 1 dan 2 + 1 tapi mengapa sebagian besar anak tidak mampu mengingat 9 + 7 atau 8 + 6.

Apakah ada proses yang sulit sehingga anak tidak mampu menjawabnya ?
Apakah waktu 4 sampai 5 tahun masih kurang untuk mengajarkan penjumlahan tersebut ?
Apakah ada kesalahan dalam proses penyampaian dalam pengajarannya ?
Apakah metode pengajaran yang digunakan tidak tepat ?

Kemampuan anak dalam berhitung dasar sangat ditunjang oleh kemampuan mengingat hasil dari penjumlahan dasar dalam menjumlah maupun pengurangan hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Medical university Los Angeles di tahun 2013 dimana kemampuan matematika dan berhitung sangat erat hubungannya dengan bagian otak yang bernama hippocampus, yaitu bagian otak yang berfungsi merubah memori jangka pendek menjadi jangka panjang.

Berdasarkan penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk meningkatkan kemampuan anak dalam berhitung harus dilatih memori peserta didik untuk dapat mengingat hasil dari perhitungan dasar mencakup Penjumlahan maupun pengurangan.

Untuk itu perlu kita meninjau kembali bagaimana proses berhitung selama ini di sekolah dasar?
Saat ini dalam penjumlahan maupun pengurangan dikenal istilah Hitung maju untuk Penjumlahan dan hitung mundur untuk pengurangan

Untuk menjawab 9 + 7, maka 9 di mulut 7 di jari lalu hitung maju 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16. Bilangan 16 adalah hasil dari penjumlahan tersebut.

Dan untuk menjawab 12 - 9, maka 12 di mulut 9 di jari lalu hitung mundur, 11, 10, 9, 8, 7, 6, 5, 4, 3, bilangan 3 adalah hasil dari pengurangan tersebut

Cara berhitung tersebut jika ditinjau kembali bukan sebagai bentuk untuk melatih ingatan anak dalam proses berhitung dasar tapi lebih cenderung sebagai bentuk keterampilan berhitung menggunakan jari, anak akan mampu mendapatkan hasil dari perhitungan dengan membuktikan secara konkret melalui jari.

Pembuktian secara konkret bukanlah sebagai cara yang tepat agar anak mencapai tingkat memori dalam berhitung atau di sebut kemampuan abstrak. Anak umumnya tidak akan memiliki keyakinan akan hasil perhitungan tersebut sebelum membuktikan secara langsung dengan berhitung secara konkret.
Bisa dikatakan hal tersebutlah yang menyebabkan anak membutuhkan waktu yang lama dalam berhitung dasar.

Sudah sepantasnya sebagai guru untuk merubah cara dalam mengajarkan berhitung. Karena dengan menggunakan Hitung maju dan hitung mundur akan berdampak kurangnya kemampuan dan teknik mengingat dalam berhitung.

Beberapa metode coba di hadirkan sebagai solusi tersebut. Kita mengenal beberapa bentuk metode pengajaran berhitung menggunakan jari dengan mengajarkan simbol jari tangan dalam Berhitungnya. Sayangnya metode tersebut memiliki simbol yang berbeda kesepakatannya dalam hal menentukan jumlah. Lima jari berdiri bukan berarti 5 bisa jadi itu 9. Perbedaan konsep antara orang tua pada akhirnya akan membuat gap antara anak dan orangtua bahkan guru di sekolah karena memiliki konsep yang berbeda.

Orang tua tidak bisa terlibat kembali di dalam proses pembelajaran berhitung.

Sayangnya beberapa orangtua tidak menyadari hal tersebut
Jika kita kembalikan apakah metode itu tepat atau tidak dalam mengajarkan berhitung. Selama anak masih menghitung dengan cara konkret tentunya kemampuan abstrak tidak akan pernah tercapai. Anak masih memerlukan pembuktian terus menerus dan parahnya simbol dalam berhitung yang tidak universal akan memperlama anak mencapai kemampuan abstrak. Anak akan belajar suatu simbol yang tidak universal untuk di ubah kembali kedalam simbol berupa angka.

Sebagai solusinya tentunya di perlukan suatu cara yang dapat melatih kemampuan berhitung yang dapat melatih kemampuannya dalam mengingat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar