Apa itu Metode Berhitung Seperti Menulis
Sebelumnya saya
ucapkan terima kasih kepada semua yang telah mensupport saya selama ini
dengan perhatian akan segala tulisan dan ide-ide yang termuat dari
halaman ini.
Pada kesempatan ini saya ingin menjelaskan apa itu
metode Berhitung Seperti Menulis suatu metode yang selalu saya sebut
metode yang sesuai dengan fungsi dan cara kerja otak dalam berhitung
Sebaiknya kita mulai dari apa itu menulis.
Menulis adalah suatu kegiatan untuk menciptakan suatu catatan atau
informasi pada suatu media dengan menggunakan aksara. Menulis biasa
dilakukan pada kertas dengan menggunakan alat-alat seperti pena atau
pensil.
Menulis merupakan kegiatan rutin yang dilakukan hampir
setiap orang dan setiap hari, Apalagi bagi yang berkecimpung di dalam
dunia pendidikan. Baik guru maupun sebagai pelajar. Entah itu satu
halaman satu alenia, satu kalimat satu kata ataupun hanya sekumpulan
angka nomor telepon yang dituliskan.
Ketika menulis kita akan
merangkai huruf demi huruf agar menjadi sebuah kata. menuliskan kata
demi kata untuk menjadi kalimat. kalimat demi kalimat untuk menjadi
paragraf dan seterusnya.
Menurut KBBI, pengertian menulis adalah melahirkan pikiran atau perasaan (seperti mengarang, membuat surat) dengan tulisan. Menulis berarti menuangkan isi hati si penulis ke dalam bentuk tulisan, sehingga maksud hati penulis bisa diketahui banyak orang orang melalui tulisan yang dituliskan.
Dalam menulis kita tidak akan merasa kesulitan jika hanya di minta untuk menuliskan nama kita pada selembar kertas. kita tidak akan berpikir kembali apa yang harus dituliskan, huruf pertama, kedua ketiga dan seterusnya agar menjadi nama kita pada selembar kertas.
Mengapa ? Karena kita sudah terbiasa
bukan. Karena kita sudah hapal semua huruf yang akan kita tuliskan
bukan. Kita bukan lagi anak TK atau SD kelas 1 yang baru belajar
menulis. Berhenti sejenak setiap selesai menulis satu huruf lalu mulai
kembali menulis huruf selanjutnya.
Tapi mengapa ketika kita sudah
hapal penjumlahan satu angka ditambah satu angka dan perkalian satu
angka kali satu angka saat berhitung seperti anak TK yang baru belajar
menulis berhenti sejenak setiap selesai menuliskan satu angka dalam
berhitung baik itu penjumlahan, perkalian, pengurangan apalagi
pembagian. Bukankah otak sudah mempunyai semua angka yang akan
dihasilkan dari proses penjumlahan satu angka dan perkalian satu angka.
Sungguh Ironi hingga saat ini kita selalu mengikuti aturan dalam
berhitung yang tidak sesuai dengan fungsi dan cara kerja otak dalam
berhitung.
Cobalah kita mengkalikan 67 x 84. Bagaimana kita memulainya ?
7 x 4 dulu bukan. lalu kita tuliskan 8 simpan 2, selanjutnya kita
kalikan 6 dengan 4 = 24. lalu tambahkan dengan yang disimpan (2) 26
baru kita tuliskan. Begitu dan seterusnya. Suatu cara yang membuat kita
seperti di dikte harus ini lalu itu kemudian begini selanjutnya begitu.
Suatu cara yang penuh dengan aturan.
Atau terkadang kita terjebak
dengan cara cara praktis yang ditampilkan beberapa pakar ilmu berhitung
yang hanya memberikan cara untuk angka-angka tertentu. seperti
perkalian mendekati 100, perkalian dengan angka 11, perkalian dengan
puluhan sama angka satuan berjumlah sepuluh dan banyak lagi.
Suatu cara dengan ketentuan tertentu. Ketika ketemu dengan angka diluar
ketentuan tersebut mereka kembali menyarankan dengan perkalian cara
umum di atas.
Atau dengan cara membuat mengkotak-kotakan angka
yang dikalikan, membuat tanda pagar garis batas dan lain sebagainya
membuat simbol yang tidak ada hubungannya dengan hasil dari perhitungan
yang akan kita cari. Bukankah hal tersebut hanya akan membuang waktu
dalam berhitung
Atau cara yang saat ini terkenal dan digunakan
oleh beberapa bimbingan belajar yang dipelopori ahli fisika dan
matematika yang sering mencetak anak Indonesia juara olimpiade
matematika. dimana cara tersebut nyatanya bukan hasil olah pikirnya
melainkan adopsi dari ahli matematika lain. Cobalah minta kalikan angka
678 x 794. Pada suatu langkah kita akan diminta untuk menjumlahkan hasil
dari tiga perkalian (6x4)+(7x8)+(7x9) yang mereka sebut photo frame.
kita disuruh membayangkannya sebelum menuliskan hasilnya.
Mungkinkah kita mendapatkan hasilnya tanpa membuat coretan disamping
coretan kalkulasi awal. Mungkinkah mampu kita terapkan cara tersebut
kita ajarkan kepada anak kelas 3 SD yang sudah mulai belajar perkalian 3
angka. Berapa lama waktu yang dibutuhkan dengan cara mencongak ....
Lama bukan. Duh lagi-lagi jadi beban padahal biaya pelatihannya sangat
mahal bukan sudah mencapai Jutaan bukan.
Selama ini kita terlalu
memaksakan berhitung yang tidak sesuai dengan cara otak dalam berhitung.
Sudah tahu kemampuan berhitung dan matematika adalah bagian dari
fungsi otak kiri, (Roger Sperry, 1961) kita selesaikan dengan cara otak
kanan yang memiliki fungsi yang berbeda, yah ngak nyambung lha. Sudah
tahu cara kerja otak kiri menyelesaikan hal satu persatu kita paksakan
dengan cara kerja otak kanan yang menyelesaikan banyak hal sekaligus.
Sudah tahu kerja otak kiri linear mengapa kita selalu mencabangkan
setiap berhitung (tulis satu angka dan simpan satu angka)
Metode
berhitung seperti menulis tidak memiliki aturan seperti itu, ketika
kita sudah hapal penjumlahan dan perkalian satu angka, maka kita hanya
tinggal menuliskannya saja angka angka tersebut tanpa perlu
membayangkan, berpikir ulang, tinggal tulis-tulis saja dan suatu jawaban
dihasilkan di akhir tulisan.Tanpa perlu adanya proses menyimpan
meminjam bikin notasi pagar garis serta aturan perkalian tertentu. Umum
untuk angka berapapun.
Buat anak mudah berhitung agar matematika menjadi menyenangkan bagi mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar