Jumat, 10 Juli 2015

Apa itu Berhitung seperti Menulis


Apa itu Metode Berhitung Seperti Menulis

Sebelumnya saya ucapkan terima kasih kepada semua yang telah mensupport saya selama ini dengan perhatian akan segala tulisan dan ide-ide yang termuat dari halaman ini.
Pada kesempatan ini saya ingin menjelaskan apa itu metode Berhitung Seperti Menulis suatu metode yang selalu saya sebut metode yang sesuai dengan fungsi dan cara kerja otak dalam berhitung

Sebaiknya kita mulai dari apa itu menulis.
Menulis adalah suatu kegiatan untuk menciptakan suatu catatan atau informasi pada suatu media dengan menggunakan aksara. Menulis biasa dilakukan pada kertas dengan menggunakan alat-alat seperti pena atau pensil.

Menulis merupakan kegiatan rutin yang dilakukan hampir setiap orang dan setiap hari, Apalagi bagi yang berkecimpung di dalam dunia pendidikan. Baik guru maupun sebagai pelajar. Entah itu satu halaman satu alenia, satu kalimat satu kata ataupun hanya sekumpulan angka nomor telepon yang dituliskan.

Ketika menulis kita akan merangkai huruf demi huruf agar menjadi sebuah kata. menuliskan kata demi kata untuk menjadi kalimat. kalimat demi kalimat untuk menjadi paragraf dan seterusnya.

Menurut KBBI, pengertian menulis adalah melahirkan pikiran atau perasaan (seperti mengarang, membuat surat) dengan tulisan. Menulis berarti menuangkan isi hati si penulis ke dalam bentuk tulisan, sehingga maksud hati penulis bisa diketahui banyak orang orang melalui tulisan yang dituliskan.



Dalam menulis kita tidak akan merasa kesulitan jika hanya di minta untuk menuliskan nama kita pada selembar kertas. kita tidak akan berpikir kembali apa yang harus dituliskan, huruf pertama, kedua ketiga dan seterusnya agar menjadi nama kita pada selembar kertas.

Mengapa ? Karena kita sudah terbiasa bukan. Karena kita sudah hapal semua huruf yang akan kita tuliskan bukan. Kita bukan lagi anak TK atau SD kelas 1 yang baru belajar menulis. Berhenti sejenak setiap selesai menulis satu huruf lalu mulai kembali menulis huruf selanjutnya.

Tapi mengapa ketika kita sudah hapal penjumlahan satu angka ditambah satu angka dan perkalian satu angka kali satu angka saat berhitung seperti anak TK yang baru belajar menulis berhenti sejenak setiap selesai menuliskan satu angka dalam berhitung baik itu penjumlahan, perkalian, pengurangan apalagi pembagian. Bukankah otak sudah mempunyai semua angka yang akan dihasilkan dari proses penjumlahan satu angka dan perkalian satu angka. Sungguh Ironi hingga saat ini kita selalu mengikuti aturan dalam berhitung yang tidak sesuai dengan fungsi dan cara kerja otak dalam berhitung.

Cobalah kita mengkalikan 67 x 84. Bagaimana kita memulainya ?
7 x 4 dulu bukan. lalu kita tuliskan 8 simpan 2, selanjutnya kita kalikan 6 dengan 4 = 24. lalu tambahkan dengan yang disimpan (2) 26 baru kita tuliskan. Begitu dan seterusnya. Suatu cara yang membuat kita seperti di dikte harus ini lalu itu kemudian begini selanjutnya begitu. Suatu cara yang penuh dengan aturan.

Atau terkadang kita terjebak dengan cara cara praktis yang ditampilkan beberapa pakar ilmu berhitung yang hanya memberikan cara untuk angka-angka tertentu. seperti perkalian mendekati 100, perkalian dengan angka 11, perkalian dengan puluhan sama angka satuan berjumlah sepuluh dan banyak lagi.

Suatu cara dengan ketentuan tertentu. Ketika ketemu dengan angka diluar ketentuan tersebut mereka kembali menyarankan dengan perkalian cara umum di atas.

Atau dengan cara membuat mengkotak-kotakan angka yang dikalikan, membuat tanda pagar garis batas dan lain sebagainya membuat simbol yang tidak ada hubungannya dengan hasil dari perhitungan yang akan kita cari. Bukankah hal tersebut hanya akan membuang waktu dalam berhitung

Atau cara yang saat ini terkenal dan digunakan oleh beberapa bimbingan belajar yang dipelopori ahli fisika dan matematika yang sering mencetak anak Indonesia juara olimpiade matematika. dimana cara tersebut nyatanya bukan hasil olah pikirnya melainkan adopsi dari ahli matematika lain. Cobalah minta kalikan angka 678 x 794. Pada suatu langkah kita akan diminta untuk menjumlahkan hasil dari tiga perkalian (6x4)+(7x8)+(7x9) yang mereka sebut photo frame. kita disuruh membayangkannya sebelum menuliskan hasilnya.

Mungkinkah kita mendapatkan hasilnya tanpa membuat coretan disamping coretan kalkulasi awal. Mungkinkah mampu kita terapkan cara tersebut kita ajarkan kepada anak kelas 3 SD yang sudah mulai belajar perkalian 3 angka. Berapa lama waktu yang dibutuhkan dengan cara mencongak .... Lama bukan. Duh lagi-lagi jadi beban padahal biaya pelatihannya sangat mahal bukan sudah mencapai Jutaan bukan.

Selama ini kita terlalu memaksakan berhitung yang tidak sesuai dengan cara otak dalam berhitung. Sudah tahu kemampuan berhitung dan matematika adalah bagian dari fungsi otak kiri, (Roger Sperry, 1961) kita selesaikan dengan cara otak kanan yang memiliki fungsi yang berbeda, yah ngak nyambung lha. Sudah tahu cara kerja otak kiri menyelesaikan hal satu persatu kita paksakan dengan cara kerja otak kanan yang menyelesaikan banyak hal sekaligus. Sudah tahu kerja otak kiri linear mengapa kita selalu mencabangkan setiap berhitung (tulis satu angka dan simpan satu angka)

Metode berhitung seperti menulis tidak memiliki aturan seperti itu, ketika kita sudah hapal penjumlahan dan perkalian satu angka, maka kita hanya tinggal menuliskannya saja angka angka tersebut tanpa perlu membayangkan, berpikir ulang, tinggal tulis-tulis saja dan suatu jawaban dihasilkan di akhir tulisan.Tanpa perlu adanya proses menyimpan meminjam bikin notasi pagar garis serta aturan perkalian tertentu. Umum untuk angka berapapun.

Buat anak mudah berhitung agar matematika menjadi menyenangkan bagi mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar