Rabu, 30 Desember 2015

Bijak menggunakan jari dalam berhitung, tanpa mematikan teknik mengingat dalam berhitung.

Penggunaan jari dalam berhitung memudahkan anak untuk memahami nilai suatu jumlah sebelum mereka memahami angka angka sebagai bentuk jumlah yang abstrak. Jari dalam penggunaannya dalam berhitung dapat digunakan untuk mengenalkan arti jumlah
yang real dari satu sampai sepuluh.

Hampir semua orang tua pernah mengajari anaknya berhitung dengan menggunakan jari sebagai alat peraganya. Mudah kertersediaannya bagi anak dan orang tua.





Sadarkah kita dalam mengajarkan berhitung menggunakan jari kita membuat kesepakatan kepada anak kita dalam berhitung jumlah. Hanya jari yang berdiri saja yang dihitung, sedangkan jari yang ditekuk tidak dihitung. Inilah yang saya sebut berhitung jumlah dengan suatu kesepakatan sama seperti halnya kita mengajarkan berhitung dengan menggunakan manik-manik basis 10.

Manik-manik yang dihitung hanya yang berada disebelah kiri sedangkan yang sebelah kanan tidak dihitung. Dari dua alat peraga tersebut anak masih dapat menghitung jumlah real dari satu sampai sembilan. Tapi terkadang banyak orang tua tidak sadar ketika membiarkan anak mereka mengikuti pelatihan cara berhitung yang jari dengan suatu kesepakatan berbeda dari kesepakatan sebelumnya. Sembilan digambarkan dengan 5 jari dalam satu tangan aja yang berdiri sedangkan yang berdiri atau hanya ibu jari saja yang berdiri yang lainnya ditekuk. Yah memang ada beberapa cara berhitung dengan jari sebagai alat bantunya dan tentunya kesepakatan yang berbeda dalam penggunaan jari ketika berhitung.



Disinilah permasalahan yang akan terjadi. Anak akan memiliki kesepakatan yang berbeda dengan orang tuanya. Lima bagi orangtua belum tentu lima bagi anak bisa jadi itu berarti sembilan.
Sejak saat ini orangtua akan memiliki batasan dalam mengajarkan anaknya ketika belajar berhitung.
Penggunaan jari dalam berhitung adalah awal anak memahami arti jumlah sebelum di konversi ke dalam bentuk angka. Ketika lima jari dalam satu tangan di artikan jumlah sembilan adalah sesuatu hal yang keliru. Karena itu bukan lagi jumlah tapi simbol sama hanya angka (9), (IX) untuk romawi. Mengapa kita harus mengajarkan dua simbol yang berbeda dalam berhitung jika akhirnya kembali di konvers ke dalam bentuk angka.

Anak yang cenderung menggunakan jari dalam berhitung akan mengandalkan jarinya dalam berhitung walaupun hanya di minta 56 + 89 ia akan menggunakan jarinya untuk menghitung 6 + 9 lalu menuliskan haslnya lalu kembali menggunakan jarinya untuk menentukan hasil 5 + 8. selalu berhenti setiap kali berhitung, ada jeda waktu. Hal yang nampak lucu jika dibandingkan anak yang tidak pernah mengikuti pelatihan jari. Anak tersebut akan melepaskan alat tulisnya untuk memberikan keleluasaan jarinya dalam berhitung. jika 567 +975 minimal ia kan melepaskan tiga kali alat tulisnya dalam berhitung. apalagi dalam perkalian 567 x 975 berapa kali ia akan melepaskan alat tulisnya.


Penggunaan jari dalam berhitung jika tidak dibatasi pada akhirnya akan mematikan teknik mengingat mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar