Selasa, 23 Mei 2017

Hitung maju dan hitung maju sebagai sebuah MAL PRAKTEK

Hitung maju dan hitung maju sebagai sebuah MAL PRAKTEK dalam proses pembelajaran berhitung di Sekolah Dasar

Mengapa di sebut sebagai sebuah MAL PRAKTEK ?

Jika cara tersebut adalah ilmu dalam proses pengajaran penjumlahan maka akan memiliki pedoman pembelajaran terumata buku panduan baik untuk guru maupun siswa.

Coba cek kembali di buku siswa adakah yang mengajarkan dengan cara tersebut.
Jika mau dibandingkan dengan pelajaran lain baik guru maupun siswa memiliki kesatuan akan pelajaran dan materi yang akan di ajarkan. Sebagai contoh tentang alat pernapasan makhluk hidup maka akan didapatkan kesamaan antara buku pegangan siswa maupun guru.

Masa sekolah dasar adalah masa peralihan berhitung dari konkret menuju abstrak. Proses berhitung secara konkret hanya sebagai pembuktian hasil dalam berhitung yang bertujuan memberi keyakinan bukan sebagai cara dalam berhitung

Permasalahan yang terjadi saat ini adalah guru tidak mengajarkan anak berhitung secara abstrak tidak di kelas 1 2 3 . Sehingga anak tidak menemukan konsep saat berhitung. Terjadi pembiaran dalam proses belajar anak. Anak diharapkan menemukan konsepnya sendiri hanya dengan tugas dan latihan berhitung.

Kemampuan anak dalam berhitung sangat tergantung akan sejauh mana anak mencapai tingkat memory dalam berhitung dasar. Untuk itu perlu dilatih daya ingat mereka saat berhitung menggunakan logika sederhana. Bukan di latih keterampilan jari atau memindahkan manik-manik.

Ada hubungan yang sangat erat antara kemampuan berhitung dan matematika dengan hippocampus, yaitu bagian otak yang berfungsi merubah memori jangka pendek menjadi jangka panjang. Hasil penelitian medical university Los Angeles tahun 2013

Untuk itu dapat dikatakan HItung Maju, Hitung Mundur hanyalah sebuah persepsi dan bukan cara yang tepat di dalam mengajarkan berhitung di sekolah dasar. Sangat bertolak belakang dengan tujuan kemampuan yang seharusnya di capai dalam pembelajaran berhitung.
Sayangnya ini sudah menjadi budaya dalam pengajaran.


Keluh kesah sepulang mengajar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar