Rabu, 04 Januari 2017

Kemampuan Berhitung Abstrak Lulusan sekolah Dasar Harus di pertanyakan

 Kemampuan Berhitung Abstrak Lulusan Sekolah Dasar  dipertanyakan

Anak lulus sekolah dasar tahu rasanya malu di saat usianya masih berhitung konkret dengan menggunakan jari. Malu malu menutupi tangannya di balik laci meja. Meraka sadar bahwa di usianya harus dapat menghitung abstrak.

Tapi mereka tidak tahu bagaimana caranya. Karena hanya cara itu yang mereka dapatkan dari sekolah dasar selama 6 tahun.

Mereka belum menemukan konsep berhitung dengan benar karena guru merekapun tidak tahu bagaimana mengajarkan berhitung dengan konsep yang benar.

Guru tahu bahwa berhitung konkret mengunakan jari harus dibatasi seperti mereka tahu kapan memulai mengajarkan berhitung konkret menggunakan jari ketika mengajarkan 9 + 7 artinya 7 langkah setelah 9. Tapi guru tidak tahu kapan mengajarkan berhitung tanpa jari
Berbuat kesalahan yang disadari tanpa pernah memperbaikinya. Anak di harapkan menemukan konsepnya sendiri hingga mampu berhitung abstrak.

Banyak guru sekolah dasar tahu ada cara lain dalam mengajarkan berhitung, tapi mereka enggan mencoba. Walau mereka tahu cara yang selama ini di ajarkan tidak efektif tapi dengan alasan AH sudah benar hasilnya, dan yang penting sesuai dengan ketentuan yang ada di buku paket. Yang lebih mengenaskan sebagian pendapat BUKAN SAATNYA BELAJAR, SEKARANG SAATNYA MENGAJAR.

Mengajar ilmu yang kebenaran ilmu tersebut masih di pertanyakan. Teori apa yang melandasi cara berhitung selama ini yang disusun berdasarkan urutan langkah, tapi teori apakah yang melandasi penyusunan langkah langkah tersebut disusun tidak pernah diketahui, apalagi mengkaji secara ilmiah bahwa cara berhitung selama ini sudah benar. Simpel saja. (Teori apa yang melandasi perkalian bersusun konvensional ? Mengapa kita harus menggunakan cara tersebut alasan ilmiahnya apa ?). Guru hanya tahu bahwa cara berhitung mereka sudah benar hasilnya tanpa pernah tahu apakah sudah benar caranya atau belum.

Kembali ke siswa yang akhirnya hanya menjadi korban dari cara pengajaran yang tidak tepat. Mereka dibiarkan menemukan sendiri konsep berhitung yang benar. orangtua mencari solusi dengan bimbingan belajar ternyata hanya merupakan sebuah pembenaran dari apa yang telah di ajarkan di sekolah. di bimbel mereka mendapatkan cara berhitung konkret menggunakan jari pada level yang lebih tinggi. tapi pernahkah sadar mereka menghitung uang pembayaran siswa didiknya tidak menggunakan jari melainkan kalkulator. Apalagi di minta mengkalikan 5 digit angka. Beberapa lainnya hanya melatih berhitung dengan banyaknya latihan soal berhitung yang terus menerus tanpa konsep yang benar dengan berharap siswa nantinya hapal dalam berhitung..

Semoga menjadi inspirasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar